Aku dan Ibuku
Pejuang tangguh yang harus mempertaruhkan jiwa
dan raganya untuk keluarga adalah ibu. Bukan hanya seperti ibu diluar sana yang
melahirkan, membesarkan anaknya dan mendampingi anaknya sampai dewasa namun
ibuku adalah sosok ibu dan ayah. Ibuku meninggalkanku bertahun-tahun di negeri
orang untuk mencukupkan semua kebutuhanku. Ibu rela tidak berjumpa dengan
keluarga hanya untuk memenuhi semua kebutuhan untuk pendidikanku.
Ibuku pertama kali meninggalkanku sewaktu aku
duduk di bangku TK. Ibu kembali setelah 2 tahun dan hanya kembali sekitar seminggu.
Seperti itulah seterusnya hidup ibuku. Dia pergi dua tahun kembali. Dia
pertaruhkan seluruh tenanganya untuk merawat lansia yang sedang sakit. dulu,
bapak sesekali mengajakku pergi ke wartel untuk menghubungi ibuku yang ada
diluar negri. Tidak sering karena untuk menelpon keluar negri menghabiskan uang
ratusan ribu.
Ibuku bekerja sampai aku berhasil menyelesaikan
kuliyahku dan mendapat gelar sarjana. Rasa haru ibuku ketika melihat fotoku
wisuda. Dengan peluh keringat ibuku, kini aku bisa menapaki jalan dunia yang
sudah sesuai dengan apa yang aku impikan. Betapa tidak sia-sia ibuku berpayah
puluhan tahun mengumpulkan uang untuk membiayaiku. Mejadi guru membuat ibuku
bangga, “ nak itu jalan dunia dan akherat untukmu” dengan itu, kamu akan bawa
aku menuju dunia dan menuju akherat. Tanpa kerja keras ibuku tak bisa aku
dapatkan duniaku. Doa terbaik untuk ibuku. (Nani Indra Suryani)